Tantangan Program Merdeka Belajar Bagi Guru – Merdeka belajar merupakan program kebijakan baru yang diputuskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim. Ia mengatakan, program merdeka belajar merupakan sebuah terobosan untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia. Tentunya hal ini sangat penting bagi pendidikan di Indonesia, mengingat negara-negara lain semakin maju menuju pendidikan ideal.

Tantangan Program Merdeka Belajar Bagi Guru

Pada tahun 2019, bertepatan dengan Hari Guru Nasional (HGN), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengajak para guru untuk membawa perubahan dalam sistem pembelajaran di Indonesia, salah satunya dengan mengajak siswa berdiskusi sambil belajar. Hal ini bertujuan agar siswa lebih aktif, berani menyampaikan argumen dan mampu menyelesaikan masalah dengan berdiskusi. Maka terciptalah program belajar mandiri.

Namun meskipun mempunyai tujuan yang baik, program pembelajaran ini belum sempurna untuk dilaksanakan. Ada beberapa kendala atau tantangan yang harus dihadapi. Berikut 5 tantangan program belajar mandiri bagi guru, antara lain:

1. Keluar dari zona nyaman sistem pembelajaran

Tantangan pertama bagi guru adalah sulitnya keluar dari zona nyaman sistem pembelajaran yang diterapkan selama ini. Biasanya sistem pembelajaran dilakukan dengan memberikan materi, penjelasan atau presentasi kepada siswa sebanyak 60% dari seluruh waktu pembelajaran di kelas. Hal ini tentu saja membuat siswa menjadi pasif di kelas karena hanya mendengarkan dan mencatat.

Baca juga: Pendidikan Seksual pada Anak Usia Dini, Pentingkah?

Dengan program belajar mandiri, sistem pembelajaran akan lebih aktif dengan mengajak siswa berdiskusi dan memecahkan masalah bersama-sama. Namun hal ini menjadi tantangan besar bagi guru untuk mengajak siswa berdiskusi, mengingat selama ini siswa merasa nyaman dalam belajar.

2. Belum mempunyai pengalaman dengan Program Merdeka Belajar

Karena guru belum mempunyai pengalaman mengajar dengan program belajar mandiri, hal ini menjadi tantangan bagi mereka. Setidaknya ada dua kendala yang dirasakan guru dalam mengubah cara mengajarnya, yang pertama adalah kurangnya pengalaman belajar mandiri, dan yang kedua adalah terbiasa mendengarkan penjelasan guru di sekolah atau perguruan tinggi. Kurangnya pengalaman pribadi seorang guru dapat mempengaruhi cara mereka mengajar di kelas.

3. Keterbatasan Referensi

Tantangan selanjutnya yang harus dihadapi guru adalah terbatasnya penyampaian bahan referensi, baik dalam teks pelajaran maupun buku guru yang diterbitkan oleh pusat buku atau penerbit swasta. Karena keterbatasan referensi, guru kesulitan memperoleh referensi untuk menyampaikan materi dan memfasilitasi pembelajaran yang efektif bagi siswa. Buku siswa dan guru dinilai berkualitas rendah.

4. Keterampilan Mengajar

Guru harus meningkatkan keterampilan mengajarnya sesuai program belajar mandiri. Berusaha memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, argumentasi, atau mengajukan pertanyaan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (pertanyaan HOTS).

Namun sayangnya masih banyak guru yang belum memahami model soal HOTS hingga saat ini. Di sisi lain, guru dapat mengajukan pertanyaan sederhana yang memerlukan kebebasan berpikir siswa. Dengan begitu, program merdeka belajar dapat terlaksana dengan baik.

5. Kurangnya fasilitas dan kualitas guru

Program kebebasan belajar dikhawatirkan akan menambah ketimpangan pendidikan, karena ada beberapa sekolah yang mungkin belum siap dengan program kebebasan ini. Hal ini disebabkan kurangnya fasilitas dan kualitas guru untuk membuat sistem penilaian sendiri. Tentu saja hal ini merupakan tantangan besar yang harus dihadapi.