Tren Pekerjaan Jarak Jauh – Dua tahun terakhir merupakan tahun yang transformatif bagi pekerjaan jarak jauh. Sebelum pandemi, hanya 6% karyawan yang bekerja dari jarak jauh. Saat ini, diperkirakan 25% pekerja profesional akan bekerja jarak jauh pada akhir tahun 2023.
Dengan adanya perubahan mendasar di tempat kerja, mari kita lihat tujuh tren utama pekerjaan jarak jauh pada tahun 2023-2025.
1. Karyawan dan Perusahaan Menemukan Kompromi dalam Pekerjaan Hibrida
Pada tahun 2020, pekerjaan jarak jauh telah berubah dari sekadar sebuah fasilitas di Silicon Valley menjadi sebuah kebutuhan bagi banyak perusahaan.
Namun, seiring dengan meredanya pandemi, kita mulai melihat munculnya tren baru: pekerjaan hybrid. Pandemi ini mengubah ekspektasi jangka panjang mengenai tempat dan cara orang bekerja.
2. Menumbuhkan Perhatian Terhadap Kesejahteraan Pegawai
Dalam survei Deloitte, para eksekutif perusahaan menyebutkan “meningkatkan kesejahteraan karyawan” sebagai salah satu tujuan terpenting yang ingin mereka capai dalam jangka pendek.
Dan para pekerja memprioritaskan kesejahteraan pekerja sebagai prioritas tertinggi ketiga dalam upaya transformasi kerja selama beberapa tahun ke depan. Temuan serupa dilaporkan dalam laporan Willis Towers Watson, yang menyebut kesejahteraan karyawan sebagai salah satu dari enam tema teratas dalam agenda kepemimpinan SDM pada tahun 2021.
3. Platform Freelance Mendapatkan Daya Tarik
Ketika perusahaan menjadi lebih nyaman dengan tenaga kerja hybrid, mereka semakin beralih ke platform freelance. Hal ini terjadi pada saat jutaan orang mencari pekerjaan freelance jarak jauh untuk pertama kalinya.
Jumlah pekerja lepas Amerika telah meningkat dari 59 juta pada tahun 2021 menjadi lebih dari 73 juta pada tahun 2023. Menurut penelitian Harvard Business School, hampir separuh eksekutif senior perusahaan memperkirakan penggunaan platform bakat digital akan meningkat secara signifikan di masa depan.
4. Perusahaan Mengandalkan Bossware Untuk Melacak Produktivitas Pekerja Jarak Jauh
Ketika karyawan bekerja tanpa terlihat, beberapa pemimpin perusahaan beralih ke teknologi untuk memantau produktivitas dan efisiensi karyawan. Setelah boomingnya perangkat lunak pemantauan karyawan selama pandemi, teknologi jenis ini dikenal sebagai “bossware.”
Survei pada bulan September 2022 melaporkan bahwa 60% perusahaan kini mengharuskan karyawannya menginstal perangkat lunak pemantauan jenis ini di perangkat mereka. Sebanyak 17% perusahaan lainnya sedang mempertimbangkan untuk menerapkan solusi semacam ini.